Review Novel Milea Suara Dari Dilan

Pada postingan kali ini saya akan review novel Milea, Suara dari Dilan, yang saya saya rangkum dari beberapa orang yang telah membaca novel tersebut.

Jika sobat belum membeli novel Milea, Suara dari Dilan dan kepo ingin tau apa isinya, karena belum sempat ke toko buku atau orderannya belum sampai, pada postingan ini saya akan saya informasikan intisari dari beberapa orang yang sudah membaca Milea, Suara dari Dilan

Berikut saya rangkum Review Novel Milea, Suara Dari Dilan, semoga berkenan

Peringatan! Postingan ini mengandung spoiler tapi saya tidak khawatir karena imajinasi setiap orang berbeda meskipun disini dijelaskan secara global isi dari buku tersebut.

Hesti Ratna – Cover yang terpilih adalah silver-abu abu tua di laminating dof, saya berpikir mungkin memang lebih cocok daripada orange karena silver-abu abu tua ini nampak sendu, seperti ceritanya yang abu-abu.

Mungkin saya membaca Milea di saat yang tepat. Pasti ada sebuah resiko dalam suatu hubungan. Hanya saja, entah kenapa, saya meyakini, ada seseorang di dunia ini yang benar-benar klik dengan diri kita.

Masalah itu pasti ada, dan yang paling fatal walau nampaknya sepele adalah soal prasangka dan kesalahpahaman.
Praduga yang ada dalam kepala serta mulut yang kadang tidak berhasil menjelaskan duduk perkara. Jadi yaa… mumpung belum terlambat perjuangkan orang yang dirasa “kembaran” dan mengurangi rasa egois serta gengsi.

Jadi, bila dalam prolog Pidi Baiq mengatakan pada Dilan bahwa tulislah sesuatu yang bisa menjadi pelajaran bagi orang yang membacanya, hmm.. Anda berhasil! Dan saya berterima kasih karena Suara Dilan memberikan gambaran kepada saya mengenai sudut pandang laki-laki dalam sebuah hubungan.

Nela Indah – Kalau dari sisi cerita, Milea-Dilan ini menurutku agak berat. Apalagi dalam kehidupan nyata tak jarang terjadi hal hal diluar kuasa yang mengubah hal kecil menjadi perbedaan sedemikian jauh.

Hikmahnya jangan berprasangka buruk, jangan husnudzhon, jangan gengsi utk triple crosscheck. Hehe. Kalau sudah kejadian kan malah tinggal kenangan. Semoga kita semua selalu bahagia ya, dengan siapapun hidup kita.

Yenita – Menurut saya dibuku ini Dilan berusaha untuk menyampaikan perasaannya dengan bijaksana. Di sini dia menceritakan behind the scene peristiwa yang telah diceritakan Milea sebelumnya dan juga beberapa momen yang terlewatkan yang dirasa butuh dijelaskan.

Ah, sebenarnya buku ini lebih membuat gemas pembacanya. Entah memang takdirnya yang tidak bisa bersama lagi dengan cara gengsi untuk saling meminta penjelasan atau bagaimana, buku ini cukup membuat saya larut dalam ceritanya.

Sedih memang ketika tahu masing-masing masih menyimpan rasa kepada satu sama lain. But, life must go on, right?

Sifa Fauziah – Lewat penuturannya yang lugas, saya jadi paham apa yang dipikirkan Dilan pada masa itu. Satu yang pasti, Dilan yang juga hanya manusia biasa, hanya melakukan sebagaimana yang dia pikirkan pada setiap kejadian yang dia alami.

Menurut saya itu hal yang sah sebagaimana kita manusia memiliki kebebasan untuk bertindak, memutuskan apa yang memang kita rasa perlu untuk dilakukan.

Meski kadang apa yang kita terka pada nyatanya tidak sesuai, toh jalan dari Tuhan sudah seperti itu, kalau kata Si Waktu, sih, begini, “You might not change the past, but you might learn something from it.”

Pidi Baiq benar, ini bukan hanya soal asmara, tapi sebagai pelajaran buat mereka yang baca.

Kang Ibay – Setelah baca Milea, terima kasih Ayah, sudah membantu kami untuk ‘menyadarkan’ para wanita, bahwa kami (pria) memang seperti itu, dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

Jangan melulu pria harus menembak-nebak maksud. Kalau novel Dia adalah Dilanku disebut buku taktik menguasai wanita, maka Milea, Suara dari Dilan adalah buku taktik menguasai pria.

Kata Dilan
Kawan-kawanku berkata bahwa sikap Lia benar-benar seperti aku adalah miliknya.
Katanya, Lia mengendalikan apa apa yang aku lakukan.
Katanya, Lia seperti ingin tahu siapa yang kulihat, apa yang aku pakai, apa yang aku katakan.
Katanya, Lia seperti ingin aku menjadi apa yang dia inginkan.
Katanya Lia seperti tidak suka aku bergaul dengan teman-temanku.
Katanya, dia mendominasiku, dia benar-benar merasa penting di banding semuanya.”

Jadi, kalau menurutmu setelah membaca novel Milea, Suara dari Dilan, pendapatnya seperti apa? silahkan isi di kolom komentar

Leave a Comment